Nama kelompok
: -Budi Ariyanto
ENGERTIAN KULTUR JARINGAN
Kultur jaringan atau biakan
jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu
secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan di
luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut
kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin,
berarti "di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung
inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya.
Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari
tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan
memerlukan komposisi media tertentu.
Kultur jaringan/kultur in
vitro/tissue culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma,
jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali.
BEBERAPA
TEKNIK KULTUR JARINGAN
Meristem culture, budi daya
jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan muda atau meristem.
Polen culture/anther culture,
menggunakan eksplan dari polen atau benang sari.
Protoplas culture, menggunakan
eksplan dari protoplas.
Chloroplas culture, menggunakan
kloroplas untuk keperluan fusi protoplas.
Somatis cross (bilangan
protoplas/fusi protoplas), menyilangkan dua macam protoplas, kemudian di budi
dayakan hingga menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat baru.
SYARAT
KULTUR JARINGAN
Pelaksanaan teknik ini memerlukan
berbagai syarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling
esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi
jaringan untuk tumbuh dan mengam-bil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan.
Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup
dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan
media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media
cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung
kebutuhan.
Teori
dasar kultur jaringan:
Sel dari suatu organisme
multiseluler di mana pun letaknya, sebenar-nya sama dengan sel zigot karena
berasal dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu sel).
Teori Totipotensi Sel (Total
Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot
yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap.
Aplikasi Teknik Kultur Jaringan
dalam Bidang Agronomi
Perbanyakan vegetatif secara
cepat (Micropropagation).
Membersihkan bahan tanaman/bibit
dari virus
Membantu program pemuliaan
tanaman (kultur haploid, embryo res-cue, seleksi in vitro, variasi somaklonal,
fusiprotoplas, transformasi gen/rekayasa genetika tanaman dll.).
Produksi metabolit sekunder.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Regenerasi
Bentuk regenerasi dalam kultur in
vitro: pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm
like bodies, dll.
Eksplan, adalah bagian tanaman
yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan
yang penting adalah genotip/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah
pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari
muda, anther, embrio, dll.
Media Tumbuh, Di dalam media
tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk
fisik media. Terda-pat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain:
Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson
dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS. Komposisi media
Murashige dan Skoog (MS). Bahan Kimia Konsentrasi Media (mg/l) yaitu: NH4NO3
1650, KNO3 1900, CaCL2.2H20 440, MgSO4.7H20 370, KH2PO4 170, FeSO4.7H20 27,
NaEDTA 37,3, MnSO4.4H20 22,3, ZnSO4.7H2O 8,6, H3BO3 6,2, KI 0,83, Na2MoO4.2H20 0,25,
CuSO4.5H20 0,025, CoCl2.6H20 0,025, Myoinositol 100, Niasin 0,5, Piridoksin-HCL
0,5, Tiamin-HCL 0,1, Glisin 2, dan Sukrosa 30.000.
Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan
penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering
digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene
Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin
seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA.
Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti
Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
Lingkungan Tumbuh. Lingkungan
tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang
penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.
Beberapa gambaran dan potensi yang bisa dimunculkan dalam kultur jaringan di
antaranya adalah:
Kultur meristem, dapat
menghasilkan anggrek yang bebas virus, sehingga sangat tepat digunakan pada
tanaman anggrek spesies langka yang telah terinfeksi oleh hama penyakit,
termasuk virus.
Kultur anther, bisa menghasilkan
anggrek dengan genetik haploid (1n), sehingga bentuknya lebih kecil jika
dibandingkan dengan anggrek diploid (2n). Dengan demikian sangat dimungkinkan
untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain itu dengan kultur anther
berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi normal tidak akan
muncul karena tertutup oleh yang dominan
Dengan teknik poliploid dimungkinkan
untuk mendapatkan tanaman anggrek “giant” atau besar. Teknik ini salah satunya
dengan memberikan induksi bahan kimia yang bersifat menghambat (cholchicine)
Kloning, teknik ini memungkinkan
untuk dihasilkan anggrek dengan jumlah banyak dan seragam, khususnya untuk
jenis anggrek bunga potong. Sebagian petani anggrek telah mampu melakukan
teknik ini.
Mutasi, secara alami mutasi
sangat sulit terjadi. Beberapa literatur peluangnya 1 : 100.000.000. Dengan
memberikan induksi tertentu melalui kultur jaringan hal tersebut lebih mudah
untuk diatur. Tanaman yang mengalami mutasi permanen biasanya memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi
Bank plasma, dengan meminimalkan
pertumbuhan secara “in vitro” kita bisa mengoleksi tanaman anggrek langka tanpa
harus memiliki lahan yang luas dan perawatan intensif. Baik untuk spesies
langka Indonesia maupun dari luar negeri untuk menjaga keaslian genetis yang
sangat penting dalam proses pemuliaan anggrek.
Pemberian nitrogen dalam bentuk
pupuk buatan secara berlebih ternyata berdampak negatif yaitu:
Meningkatkan tekanan osmosis air
tanah
Meningkatkan keasaman tanah Þ
akibat lanjut adalah defisiensi Ca, Mg dan K
Terjadinya eutrofikasi karena
penumpukan NO3 di perairan, jalan keluarnya adalah dilakukan rekayasa genetika.
PROSES
PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN
Tahapan yang dilakukan dalam
perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
Pembuatan media merupakan faktor
penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Untuk pengambilan eksplan, bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Lakukan sterilisasi yaitu segala
kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di
laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Peralatan juga harus
disterilkan dengan menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan.
Perbanyakan calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.
Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengamatan pada fase dimana
eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses
kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan
setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
Pemindahan eksplan keluar dari
ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
menggunakan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar
dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Sungkup dilepaskan secara bertahap, selanjutnya
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan pada
bibit generatif.
MANFAAT/KEUNTUNGAN
KULTUR JARINGAN
Kegunaan utama dari kultur
jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu
yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis
dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga
memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas
berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap
berbagai ilmu pengetahuan.
Manfaat
atau keuntungan yang dapat diperoleh jika melakukan teknik kultur jaringan
adalah sebagai berikut:
Bibit (hasil) yang didapat
berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
Sifat identik dengan induk
Dapat diperoleh sifat-sifat yang
dikehendaki
Metabolit sekunder tanaman segera
didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
Perbanyakan cepat dari klon.
Kecepatan multiplikasi sebanyak 5 akan memberikan 2 juta plantlet dalam 9
generasi yang memerlukan waktu 9 – 12 bulan.
Keseragaman genetik. Karena
kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetatif, rekombinasi karakter genetik acak
yang umum terjadi pada perbanyakan seksual melalui biji, dapat dihindari.
Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat identik. Akan tetapi, mutasi dapat
terjadi pada kultur jaringan pada saat sel bermultiplikasi, terutama pada
kondisi hormon dan hara yang tinggi. Mutasi genetik pada masa multiplikasi
vegetatif ini disebut “variasi somaklonal”.
Kondisi aseptik. Proses kultur
jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga pemeliharaan kultur tanaman dalam
kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang bebas patogen.
Seleksi tanaman, adalah
memungkinkan untuk memiliki tanaman dalam jumlah besar pada wadah kultur yang
relatif kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi genetik mungkin
terjadi. Juga, adalah memungkinkan untuk memberi perlakuan kultur untuk
meningkatkan kecepatan mutasi. Perlakuan dengan bahan kimia (bahan mutasi,
hormon) atau fisik (radiasi) dapat digunakan.
Stok mikro, memelihara stok
tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada kultur in vitro. Stok induk
biasanya dipelihara in vitro, dan stek mikro diambil untuk diakarkan di kultur
pengakaran atau dengan perbanyakan biasa.
Lingkungan
terkontrol
Konservasi genetik. Kultur
jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies tanaman yang terancam
(rare and endangered species). Metode dengan pemeliharaan minimal, penyimpanan
jangka panjang telah dikembangkan.
Teknik kultur jaringan dapat
digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari spesies yang tidak kompatibel
melalui kultur embrio atau kultur ovule.
Tanaman haploid dapat diperoleh
melaui kultur anther.
Produksi tanaman sepanjang
tahun.Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal
dapat dilakukan melalui kultur jaringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar