



Penyusun
makalah : - ADI TRIONO
-BUDI ARIYANTO
-ELIN TRI SUSANTI
-RISHE AULIYA
-WAHYU AJI . S
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
A.Latar Belakang Masalah
Merdeka adalah salah satu kata yang ingin dipekikkan oleh
setiap rakyat di seluruh Negara di Dunia, setiap Negara di dunia
menginginkan kemerdekaan, arti dari kata kemerdekaan adalah bebas dari segala
hal yang disebut dengan penjajahan dari Negara lain yang lebih maju dari segi
ekonomi maupun industri. Negara-negara yang dijajah atau dikuasai melakukan
berbagai cara perlawanan untuk memerdekakan negaranya dan bebas dari
penjajahan. Salah satunya Negara kita tercinta yakni Negara Indonesia,
Indonesia adalah salah satu Negara yang pernah dijajah oleh beberapa
Negara seperti Portugis,Spanyol, Inggris, Belanda, dan penjajahan terakhir
menjelang kemerdekaan Indonesia adalah penjajahan Jepang. Jepang secara
gamblang memanfaatkan seluruh tenaga pekerja Indonesia sebagai para pekerja paksa
dan budak jepang, Jepang menjajah Indonesia hanya selama 3 tahun, sejak tahun
1942 hingga tahun 1945, 3 tahunlah sumber daya manusia di Indonesia diperas
oleh para tentara dan pemimpin Jepang, belum lagi saat penjajahan Jepang
mereka mengumpulkan kekuatan dari orang-orang Indonesia untuk diajak serta
dalam ikut membela Jepang dalam perang dunia ke-II, perang asia pasifik atau
perang asia timur raya. Saat itulah titik puncak Jepang dalam upayanya
mengumpulkan bantuan dari orang-orang Indonesia, mulai dari membentuk
organisasi yang kelihatannya mendukung dan memberikan keuntungan kepada orang
Indonesia, hingga melakukan hal-hal kejam seperti pemerasan segala sumber daya
alam yang ada di Indonesia, pemerasan sumber tenaga manusia. Namun ada
beberapa cara yang dilakukan jepang untuk mendapat simpati dari orang
Indonesia, seperti membentuk organisasi yakni organisasi semimiliter,
organisasi militer, dan organisasi lainnya yang dibentuk setelah adanya
organisasi semimiliter dan militer. Berbagai perlawanan dilakukan oleh
masyarakat Indonesia terhadap kependudukan militer jepang sebagai akibat dari
kekejamannya mulai dari cara yang kooperatif melalui pemanfaatan
organisasi-organisasi bentukan jepang hingga nonkooperatif seperti
perlawanan-perlawanan di berbagai daerah. Akibat dari kependudukan jepang
meninggalkan beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakatIndonesia, mulai
dari dampak di bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agama serta
beberapa dampak lain yang hingga kini berpengaruh terhadap bangsa Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menuliskan sebuah
makalah atau tulisan bersifat deskriptif melalui penjabaran pustaka (library
research) mengenai dampak ataup
un akibat dari kependudukan militer Jepang melalui sebuah
makalah berjudul : “Pengaruh Kependudukan Militer Jepang Terhadap Penduduk
Indonesia di Berbagai Bidang”.
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1)Bagaimana akibat
dari kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia ?
2)Apa saja contoh-contoh di berbagai bidang kehidupan akibat
kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia ?
C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1)Untuk
mendeskripsikan bagaimana akibat dari kependudukan militer pemerintah jepang di
Indonesia.
2)Untuk mendeskripsikan apa saja contoh-contoh di berbagai
bidang kehidupan akibat kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan Akibat Pendudukan Jepang Di Indonesia
A.Pemerasan Sumber Daya Alam
Cara-cara Jepang untuk mengeruk kekayaan alam / bahan mentah
guna kepentingan industri perang diantaranya :
1.Semua harta peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda
di Indonesia seperti pabrik, perkebunan, bank, dan perusahaan penting di
sita dan dikuasai Jepang.
2.Melakukan monopoli penjualan hasil perkebunan.
3.Melancarkan kampanye pengerahan barang-barang dan menambah
bahan pangan secara besar besaran.
4.Tanaman perkebunan
yang tidak berguna dimusnahkan dan diganti dengan tanaman pangan.
5.Rakyat hanya boleh memiliki 40 % dari hasil pertaniannya,
sedangkan yang 60 % bahkan seluruhnya harus diserahkan kepada Jepang.
6.Rakyat dibebani
tambahan untuk menanam pohon jarak sebagai bahan minyak pelumas senjata dan
mesin perang.
7.Penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan
industri alat-alat perang, misalnya kayu jati untuk membuat tangkai senjata.
8.Penyerahan ternak
sapi, kerbau, dan lain-lain bagi pemilik ternak. Ternak dipotong secara
besar-besaran untuk keperluan konsumsi Jepang.
B.Pemerasan Sumber Daya Manusia
Untuk memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia dalam membantu
kepentingan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, pemerintah bala tentara Jepang
melaksanakan :
1.Romusha Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang
dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari
tahun 1942 hingga 1945. Panitia pengerah Romusha disebut Romukyokai Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak
Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah
orang-orang yang menjadi romusha tidak diketahui pasti - perkiraan yang ada
bervariasi dari 4 hingga 10 juta. Dalam sidangnya yang pertama, Chuo
Sangi In mengusulkan beberapa syarat antara lain supaya dibentuk badan-badan
yang memotivasi rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama dengan
bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk pengerahan tenaga kerja (buruh)
sekarela di perusahaan-perusahaan bala tentara Jepang. Namun dalam
pelaksanaannya persyaratan yang disampaikan oleh Chuo Sangi In itu diabaikan.
Pada hakikatnya mereka tidak lebih dari pekerja paksa. Seperti halnya di
Yogyakarta, tepatnya di desa Timbul Harjo, Bantul, pengerahan romusha dilakukan
oleh perangkat desa dengan cara medatangi keluarga-keluarga yang memiliki
tenaga potensial untuk dijadikan romusha. Keluarga yang menolak, mereka
takut-takuti akan dikucilkan. Jika anak yang diminta itu tidak berada dirumah,
mereka biasanya mencari ke sawah dan kalau sudah ketemu dibawa secara paksa
ketempat pengerahan. Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa
pemerintahan Hindia Belanda (Kerja Rodi) juga terjadi pada masa
pendudukan bala tentara Jepang. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia terhadap
Romusha, Jepang menyebut romusha sebagai“Pahlawan Pekerja/Prajurit Ekonomi”
2.Kinrohoshi
Kinrohosi adalah
kerja paksa atau wajib tanpa upah bagi tokoh masyarakat seperti para pamong
desa dan kepala desa.
C.Pembentukan Organisasi Oleh
Jepang
Perang Asia Pasifik sudah meluas di Asia Tenggara, Asia
Timur, serta Pasifik. Untuk keperluan tersebut, Jepang memerlukan bantuan
tenaga dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Jepang membentuk beberapa
oganisasi semi militer sebagai berikut:
1.Organisasi Semimiliter
a)Seinendan (Barisan
Pemuda) Dibentuk pada 9 Maret 1943. Anggotanya terdiri atas pemuda usia 14-22
tahun. Mereka dilatih militer untuk mempertahankan diri maupun penyerangan.
Tujuan pembentukan Seinendan yang sebenarnya adalah agar Jepang memperoleh
tenaga cadangan untuk memperkuat pasukannya dalam Perang Asia Pasifik.
b) Seinentai (Barisan Murid Murid Sekolah Dasar)
c) Gakukotai (Barisan Murid Murid Sekolah Lanjutan)
d) Hizbullah (Barisan Pemuda Islam)
e) Fujinkai (Barisan Wanita)
Dibentuk pada Agustus
1943. Anggotanya terdiri dari wanita usia 15 tahun ke atas. Untuk mempersiapkan
dapur umum bagi tentara Jepang sekaligus memberikan pendidikan dasar
keperawatan bagi para gadis remaja Indonesia. Tugas Fujinkai adlah ikut
memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa
perhiasan, perhiasan, hewan ternak dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
f) Keibondan (Barisan Pembantu Polisi)
Dibentuk pada 29 April 1943. Anggotanya terdiri dari pemuda
usia 23-25 tahun. Tugas Keibodan adalah sebagai pembantu polisi dalam bertugas,
antara lain, menjaga lalu lintas, pengamanan desa, sebagai mata-mata,
dll. Jadi, Keibodan selain untuk memperkuat kewaspadaan dan disiplin
masyarakat, juga untuk politik pecah belah. Keibodan mendapat pengawasan
ketat dari tentara Jepang karena untuk menghindari pengaruh dari kaum
nasionalis dalam badan ini. Di seluruh pelosok tanah air sudah dibentuk
Keibodan walaupun namanya berbeda, antara lain di Sumatra disebut Bogodan seedangkan di Kalimantan disebut
Borneo Konen Hokukudan.
2.Organisasi Militer
A.PETA (Pembela Tanah Air)
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA (kyōdo bōei
giyūgun) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang
di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah
Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober1943 berdasarkan maklumat Osamu
Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan
Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan
pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi
nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai. Pada tanggal 14
Februari 1945, pasukan PETA di Blitar di bawah
pimpinan Supriadi melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini
berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat
pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun Heiho. Supriadi,
pimpinan pasukan pemberontak tersebut, menurut sejarah Indonesia
dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Akan tetapi, pimpinan lapangan dari
pemberontakan ini, yang selama ini dilupakan sejarah, Muradi, tetap
bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir. Mereka semua pada akhirnya,
setelah disiksa selama penahanan oleh Kempeitai (PM), diadili dan
dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum
militer Tentara Kekaisaran Jepang di Eevereld (sekarang
pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945. Pada
tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang
dengan blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan
para dai dan batalion PETA untuk
menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dimana sebagian besar dari mereka
mematuhinya. Presiden Republik Indonesia yang baru saja
dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini ketimbang mengubah PETA
menjadi tentara nasional, karena tuduhan blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru
lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang bila ia
memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan. . Sehari
kemudian, tanggal 19 Agustus1945, panglima terakhir Tentara Ke-16 di
Jawa, Letnan Jendral Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan
pada para anggota kesatuan PETA
B.Heiho ( Tentara Pembantu)
Pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk
oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia
II. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat
Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2 September 1942
dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943. Heiho pada
awalnya dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti
membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dan lain-lain. Dalam
perkembangannya, seiring semakin sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan
dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan hingga ke Morotai
dan Burma. Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah
pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang dengan lebih dari setengahnya
terkonsentrasi di pulau Jawa. Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia setelah Jepang menyerah pada Belanda dan sebagian
anggotanya dialihkan menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR).
3) Organisasi Lain yang Dibentuk
oleh Jepang
a)Gerakan Tiga A Gerakan tiga A sendiri memiliki 3 arti,
yakni Jepang pelindung Asia, jepang Pemimpin Asia dan Jepang cahaya Asia.
berdiri pada tanggal 1 Juli 1942, diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Pada awal
gerakan tiga A dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa
pemerintah Jepang berjanji bahwa saudara tuanya ini dapat mencium aroma
kemerdekaan.Pada awal-awal gerakannya, pemerintah militer jepang bersikap baik
terhadap bangsa Indonesia, tetapi akhirnya sikap baik itu berubah. Apa yang
ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan
kemerdekaan Indonesia, melainkan demi kepentingan pemerintahan jepang
yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Tetapi setelah pemerintahan jepang
mengetahui betapa besar pengharapan akan sebuah kemerdekaan, maka mulai dibuat
propaganda – propaganda yang terlihat seolah-olah Jepang memihak pada
kepentingan bangsa Indonesia. Dalam menjalankam aksinya, Jepang berusaha untuk
bekerja sama dengan para pemimpin bangsa Indonesia ( bersikap Kooperatif
). Cara ini digunakan agar para pemimpin nasional dapat merekrut massa dengan
mudah dan pemerintahan jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin
bangsa.Tetapi gerakan Tiga A tidak bertahan lama, hal ini dikarenakan kurang
mendapat simpati dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagai penggantinya,
pemerintah Jepang menawarkan kerjasama kepada tokoh – tokoh nasional
bangsa Indonesia. Dengan kerjasama ini pemimpin– pemimpin Indonesia yang
ditahan dapat dibebaskan, diantaranya Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Sutan
Syahrir dan lain-lain.
b)Putera (Pusat Tenaga Rakyat) Pusat Tenaga Rakyat atau
Putera adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di Indonesia
pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Tiga Serangkai, yaitu
M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan Kyai Haji Mas Mansyur. Tujuan Putera
adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan intelektual untuk mengabdikan
pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan
dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh
kegiatan ini. Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah
dengan anggotanya adalah kumpulan organisasi profesi seperti, Persatuan Guru
Indonesia, perkumpulan pegawai pos, radio dan telegraf, perkumpulan Istri
Indonesia, Barisan Banteng dan Badan Perantara Pelajar Indonesia serta Ikatan
Sport Indonesia. Latar belakang gerakan putera berhubungan dengan gerakan
BPUPKI dan kemerdekaan karena gerakan putera dan BPUPKI dibentuk oleh
pemerintah jepang, dan orang orang yang ada di BPUPKI adalah orang orang yang
ada di gerakan putera.hubungannya adalah tidak resmi,karna apabila hubungan itu
resmi,maka jepang mengetahui rencana para pahlawan untuk memerdekakan
indonesia. Propaganda Tiga A yang disebarluaskan oleh Jepang untuk mencari
dukungan rakyat Indonesia ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan, karena
rakyat justru merasakan tindakan tentara Jepang yang kejam seperti dalam kerja
paksa romusha. Oleh sebab itu pemerintah Jepang berupaya mencari dukungan
dari para pimpinan rakyat Indonesia dengan cara membebaskan tokoh-tokoh pergerakan
nasional antara lain Soekarno, Hatta dan Syahrir serta merangkul mereka
dalam bentuk kerjasama. Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa
satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang adalah dengan bersikap
kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan kemerdekaan
secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka
sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih
menguntungkan dari pada melawan. Hal ini didukung oleh propaganda Jepang
untuk tidak menghalangi kemerdekan Indonesia. Maka setelah terjadi kesepakatan,
dibentuklah organisasi baru bernama Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
C.Chuo Sangi In (Badan Pertimbangan) Chuo Sangi ini adalah
suatu Badan Penasehat Pusat yang didirikan oleh penguasa Jepang pada tahun 1943
yang dipimpin oleh Soekarno dan berkedudukan di Jakarta. Badan ini dimuat dalam
Osamu Senrei No. 36/1943. Osamu Senrei adalah sebutan bagi undang-undang yang
dikeluarkan oleh panglima Tentara Keenam belas).Chuo Sangi In merupakan badan
yang bertugas mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan
pemerintah mengenai soal-soal politik dan menyarankan tindakan yang perlu
dilakukan oleh pemerintah Militer Jepang di Indonesia. Akan tetapi dalam
prakteknya dalam lembaga produk pemerintah pendudukan Jepang para anggotanya
tidak mempunyai opsi selain mengucapkan apa yang sudah disensor terlebih dahulu
oleh pemerintah. Untuk pertama kalinya Chuo Sangi In bersidang pada tanggal 16
hingga 20 Oktober 1943
D.Jawa Hokakai
Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa (Jawa Hōkōkai) merupakan
perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 1 Maret 1944 sebagai
pengganti Putera. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah
dan berada langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pemimpin tertinggi
perkumpulan ini adalah Gunseikan dan Soekarno menjadi penasihat utamanya.
Jawa Hokokai dibentuk sebagai organisasi pusat yang merupakan
kumpulan dari Hokokai (Hokokai, secaraliteral Himpunan Pengabdi
Masyarakat ) atau jenis pekerjaan (profesi), antara lain Himpunan
Kebaktian Dokter (Izi Hokokai, modern: Ishi Hokokai), Himpunan Kebaktian
Pendidikn (Kyoiku Hokokai),Organisasi Wanita (Fujinkai) dan Pusat Budaya
(Keimin Bunko Syidosyo). Perkumpulan ini adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi
(penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang. Keanggotaan
Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun.
E.Suisyintai (Barisan Pelopor)
Suisyintai diresmikan pada tanggal 25 September 1944.
Suisyintai ini dipimpin oleh Ir. Soekarno yang dibantu oleh Otto
Iskandardinata, R.P Soeroso, dan Dr. Buntaran Martoatmojo. Barisan
pelopor memiliki kekuatan satu batalyon di tiap kota atau kabupaten,
menyiapkan pemuda- pemuda dewasa untuk gerakan perlawanan rakyat.
Latihan-latihannya ditekankan pada semangat kemiliteran. (Dikutip dari
Grahadi.LKS Simpati SMP Sarana Pasti Meraih Prestasi (2009)
F.MIAI
Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI adalah badan federasi
bagi ormas Islam yang dibentuk dari hasil pertemuan 18-21
September 1937. KH Hasyim Asy'ari merupakan pencetus badan
kerja sama ini, sehingga menarik hati kalangan modernis seperti KH Mas
Mansur dari Muhammadiyah dan Wondoamiseno dari Syarekat
Islam. MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan umat
Islam menghadapi politik Belanda seperti menolak undang-undang
perkawinan dan wajib militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asy'ari menjadi ketua
badan legislatif dengan 13 organisasi tergabung dalam MIAI. Setelah Jepang
datang, MIAI dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi.
g)Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi adalah
sebuah partai politik yang berdiri pada tanggal 7
November 1945di Yogyakarta. Partai ini didirikan
melaluisebuah Kongres Umat Islam pada 7-8 November 1945, dengan
tujuan sebagai partai politik yang dimiliki oleh umat Islam dan sebagai
partai penyatu umat Islam dalam bidang politik. Masyumi pada akhirnya
dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960
dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan dari
dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Masyumi pada
awalnya didirikan 24 Oktober 1943 sebagai pengganti MIAI (Madjlisul
Islamil A'laa Indonesia) karena Jepang memerlukan suatu badan untuk menggalang
dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian,
Jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada pada
zaman Belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola pikir modern,
sehingga pada minggu-minggu pertama, Jepang telah melarang Partai Sarekat
Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII). Selain itu Jepang
juga berusaha memisahkan golongan cendekiawan Islam di perkotaan dengan para
kyai di pedesaan. Para kyai di pedesaan memainkan peranan lebih penting
bagi Jepang karena dapat menggerakkan masyarakat untuk mendukung Perang
Pasifik, sebagai buruh maupun tentara. Setelah gagal mendapatkan dukungan dari
kalangan nasionalis di dalam Putera (Pusat Tenaga Rakyat), akhirnya Jepang
mendirikan Masyumi.
D.Perlawanan Terhadap Pemerintahan Militer Jepang
1.Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang
1) PUTERA
Kelompok bersedia bekerja sama dengan Jepang. Sebenarnya ini
adalah sebagai bentuk perjuangan diplomasi. Tokoh-tokohnya adalah para
pemimpin Putera seperti; Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH
Mas Mansyur. Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana komunikasi dengan
rakyat. Putera justru dijadikannya sebagai ajang kampanye nasionalisme.
Pemerintah Jepang menyadari hal tersebut, dan akhirnya membubarkan Putera
digantikan Barisan Pelopor.
2) Barisan Pelopor
Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai) Organisasi ini
dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan
memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato- pidatonya.
3) PETA (pembela tanah air)
Dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.Putera lebih mengarahkan
perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang.
Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk JawaHokokai (Himpunan Kebaktian
Jawa). Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai) Organisasi ini dimanfaatkan
oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat
pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.
4)Jawa Hokokai
Pada tahun 1944 dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian
Jawa). Kegiatan ini langsung di bawah pengawasan para pejabat Jepang.
5) MIAI
Pada masa penyerbuan balatentara Jepang ke Indonesia,
organisasi MIAI melakukan kegiatan-kegiatan terutama dalam bidang agama,
meskipun pada tahun-tahun terakhir menjelang jatuhnya Hindia Belanda ke tangan
Jepang, perhatiannya ke bidang politik cukup besar. Hal ini dapt dilihat dari
programnya yang berupaya mempersatukan organisasi-organisasi Islam untuk
bekerja sama serta memperkokoh persaudaraan umat Islam di Indonesia dan
di luar negeri. Untuk memperkuat kerja sama umat Islam tersebut maka MIAI
mengadakan kongres yang berlangsung sampai tiga kali. Kegiatan MIAI yang
sangat menonjol adalah membentuk baitul mal(Lembaga Perbendaharaan Negara)
pusat. Memanfaatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat) Tugas badan ini
adalah memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa
tertinggi militer Jepang di Indonesia). Oleh para pemimpin Indonesia melalui
Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu saran
Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya Barisan Pelopor
untuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara bersama menggiatkan
usaha mencapai kemenangan.
2.Perlawanan Secara Non
Kooperatif
1)Gerakan Bawah Tanah
Gerakan bawah tanah adalah gerakan perlawanan dari rakyat
Indonesia yang di lakukan secara diam diam tanpa sepengetahuan pemeintah jepang
atau secara illegal, dengan cara non kooperatif. Gerakan bawah tanah memiliki
tujuan untuk menanamkan semangat persatuan di kalangan masyarakat. Mereka pun
memantau setiap perkembangan di luar negeri, khususnya situasi perang Asia
Pasifik melalui radio gelap. Gerakan bawah tanah dilakukan oleh beberapa tokoh
ialah Sutan Syahrir Gerakan yang dipimpin Sutan Syahrir atau juga yang lebih
dikenal sebagai ”Prapatan 10”, gerakan ini juga berkembang di berbagai kota di
Indonesia. Gerakan bawah tanah Sutan Syahrir terbatas pada kontak-kontak
pribadi dengan sejumlah tokoh nasionalis lainnya dan golongan pemuda. Salah
satu kegiatannya adalah mendengarkan Radio Sekutu secara diam-diam dan
menyebarluaskan informasi di antara mereka, serta melakukan diskusi. Kelompok
Syahrir ini menyebar sampai di luar Jakarta, seperti di Cirebon, Garut, dan
Semarang. Tokoh lain dalam jaringan bawah tanah ini adalah dr. Sudarsono dari
Cirebon BPUPKI dan PPKI .Tujuan di bentuknya BPUPKI Agar rakyat Indonesia tidak
melakukan perlawanan terhadap Jepang (karena Jepang sedang mengalami masalah
logistik dan peralatan perang dalam menghadapi sekutu), Rakyat Indonesia
bersedia membantu Jepang melawan sekutu tapi BPUPKI lebih memihak kepada Bangsa
Indonesia daripada Jepang dan telah menyelesaikan tugasnya PPKI Tujuan PPKI
adalah untuk mempersiapkan hal-hal yang berkenaan dengan persiapan kemerdekaan
Indonesia. Kemudian PPKI dibubarkan Karena Pada sidang hari ketiga, presiden
memutuskan berdirinya tiga badan baru yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI),
Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dan dengan
terbentuknya tiga badan ini, maka berarti pula PPKI dibubarkan.
3.Perlawanan Bersenjata Kekejaman Jepang yang luar biasa
kepada bangsa Indonesia, sikapnya yang angkuh, peraturan kerja paksanya
(romusha) yang membuat rakyat Indonesia menjadi tersiksa dan perintahnya
yang banyak melanggar hukum yang berlaku pada masyarakat baik pada hukum agama
dan budaya, menyebabkan terjadinya perlawanan bersenjata di sebagian wilayah
Indonesia. Untuk melaksanakan perlawanan itu rakyat mempersiapkan diri dengan
sangat sederhana, mereka akan hanya bermodalkan bambu runcing dan golok-golok
dari bambu. Sedangkan para tentara Jepang sudah berperalatan lengkap dan
teknologi canggih, salah satunya adalah senapan. Tetapi itu tidak membuat
rakyat Indonesia menyerah, walaupun semua perlawanan itu berhasil
dipadamkan dengan sangat kejam, perlawanan itu menunjukan bahwa bangsa
Indonesia tidak takut dalam membela kebenaran dan tumpah darahnya. Kelemahan
perlawanan ini adalah tidak adanya persatuan antara seluruh rakyat
Indonesia, perlawanan rakyat cenderung bersifat kedaerahan (berjuang
sendiri-sendiri di daerahnya masing-masing tanpa adanya persatuan dan kesatuan
antara seluruh rakyat Indonesia) inilah yang menjadikan bangsa Indonesia
dianggap lemah dan mudah untuk ditaklukan oleh para penjajah, dan ini juga yang
menyebabkan semua perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat dengan mudah
dipadamkan oleh Jepang, dan rakyat yang mengadakan perlawanan atau ikut
bersangkutan dalam pemberontakan tersebut banyak yang dikenai hukuman
yang ringan sampai hukuman mati.
1)Perlawanan di Aceh Perlawanan Aceh terjadi di Cot Plieng,
pada tanggal 10 November 1942. Perlawanan rakyat di Aceh terjadi karena
penderitaan yang dialami oleh akibat kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh dipaksa
untuk Romusha. Rōmusha: "buruh", "pekerja") adalah
panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa
penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha
adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani
menjadi romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia
serta Asia Tenggara. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil,
seorang guru mengaji. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil
memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga ini diawali dari
serbuan Jepang terhadap masjid di Cot Plieng, Jepang berhasil menang, masjid
terbakar dan pasukan Tengku Adbul Jalil banyak yang gugur. Karena kalah melawan
tentara Jepang dan daerah Cot Plieng telah direbut rakyat semakin membenci
Jepang, terlebih lagi kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul
Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka
Buya terjadi di bawah pimpinan T.Hamid.
2)Perlawanan di Singaparna Terjadi pada bulan Februari 1944
di Singaparna (Tasikmalaya). Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa.
Perlawanan ini lebih bersifat keagamaan. Disebabkan karena adanya
perintah upacara Seikerei dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang.
Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan
dihukum mati pada tanggal 25 Oktober 1944.
K.H.Zainal Mustofa
KH Zainal Mustafa lahir di Desa Cimerah, Kecamatan
Singaparna, Tasikmalaya pada tahun 1899 dari pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah.
Pada 1927 KH Zainal Mustafa mendirikan pesantren yang merupakan cita-citanya.
Pesantren yang ia dirikan dinamai Persantren Sukamanah. Zainal Mustafa
merupakan kiai muda yang berjiwa revolusioner. Ia menganut paham pendidikan
yang sifatnya "Non Cooperation", tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah Belanda. Secara terang-terangan ia mengadakan kegiatan yang
membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan
penjajah. Melalui khutbah-khutbahnya ia selalu menyerang kebijakan politik
kolonial Belanda. Akibatnya pada 17 November 1941, KH. Zaenal Mustafa bersama
Kiai Rukhiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali Syafei
ditangkap pemerintah dengan tuduhan telah menghasut rakyat untuk memberontak
terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Pemerintah Jepang yang menggantikan kekuasaan Belanda di
Indonesia Maret 1942 membebaskan Zainal Mustafa dengan harapan ia dapat
membantu Jepang. Namun ia malah memperingatkan para pengikut dan santrinya
bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme Belanda. Ia juga
menolak melakukan seikerei, yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan
membungkukkan diri 90 derajat kearah matahari terbit. Perbuatan tersebut
dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.Dalam setiap dakwahnya KH Zainal
Mustafa selalu menekankan pentingnya berjuang melawan penjajah kafir Jepang
yang lebih kejam dari Belanda dengan mendengungkan perang jihad. Secara
diam-diam santri Sukamanah telah merencanakan untuk melakukan tindakan sabotase
terhadap pemerintah Jepang. Peristiwa ini merupakan awal dari peristiwa
bersejarah yaitu perlawanan terbuka santri Pesantren Sukamanah yang
mengakibatkan gugurnya puluhan santri Sukamanah. Para santri yang gugur dalam
pertempuran itu berjumlah 86 orang. Selain itu sekitar 700-900 orang ditangkap
dan dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. KH. Zainal Mustafa sempat
memberi instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh
pengikutnya yang ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan
Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban
tentang pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zainal
Mustafa. Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk KH.
Zainal Mustafa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang
tak tentu rimbanya. Ada yang mengabarkan Kiai Zainal Mustafa gugur saat
bersembahyang.
+ Faktor Pendorong Pemberontakan Singaparna
Peristiwa pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan
dan kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara islam dijunjung tinggi di dalam hati
setiap rakyat sesuai dengan ajaran agama yang diajarkan. Demikian pula semangat
kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat Singaparna, yang terkenal
kebenciannya terhadap penjajahan. Pada masa kolonial Belanda pun daerah ini
mendapat pengawasan yang keras. Rakyat teguh beragama, tetapi teguh pula
memegang kebangsaannya. Di atas dasar-dasar inilah tumbuh alasan-alasan untuk
memberontak terhadap totiliter Jepang.Adanya “Seikrei” yaitu mebungkuk
(menghormat kepada Kaisar Jepang) ke arah matahari terbit. Hal inilah yang
sangat dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh untuk menyembah
matahari. Cara menyembah ini melukai hati umat yang beragama islam, seolah-olah
merubah arah qiblat dari Tanah Suci ke Jepang. Cita-cita “Dairul Islam”, yang
telah meluas dan mendalam di kalangan rakyat, tidaklah mungkin mengalah kepada
gerakan “seikrei” ini yang dilakukan oleh pemerintah Jepang pada tiap upacara.
Api perlawanan suci yang telah menyala sedemikian dalam hati penganut islam di
daerah ini, ditumpahi pula oleh kekejaman romusha dan pengumpulan padi dan
beras soal romusha sangat diderita oleh rakyat sebagai pekerja paksaan di
bawah ancaman bayonet, yang amat mengganggu dalam kekeluargaan dan kedesaan.
Demikian pula soal pengumpulan padi, Jepang sama sekali tidak memerhatikan
kesengsaraan hidup rakyat desa. Akibat perintah keras dari militer Jepang
terjadilah pemungutan dari syucokan melalui kenco (bupati), gunco bahan makanan
kini menderita kekurangan. Para petani tidak dapat lagi merasakan hasil
keringatnya, karena hampir seluruh hasilnya diangkut oleh pemerintah
Jepang.
+ Adapun hal yang
menjadi latar belakang terjadinya pemberontakan Singaparna diantaranya,
Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan
cipta membungkuk (menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh
rakyat karena mereka harus menyembah matahari.
Adanya kewajiban menyerahkan beras
kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal. Hal ini dirasakan oleh
petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.
Terjadinya penipuan terhadap
wanita-wanita dan gadis-gadis yang dijanjikan akan disekolahkan di Tokyo,
sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita tersebut
dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur
tentara-tentara Jepang.\
3)Perlawanan di Indramayu Pemberontakan terjadi di Desa
Kaplongan, pada bulan April 1944. Pada tanggal 30 Juli 1944 terjadi
pemberontakan di Desa Cidempet, Lohbener. Pemberontakan dipimpin oleh
H.Madriyas, Darini, Surat, Tasiah, H.Kartiwa. Perlawanan ini disebabkan oleh
cara pengambilan padi milik rakyat yang dilakukan Jepang dengan kejam. Sehabis
panen, padi langsung diangkut ke balai desa dan menjadi milik pemerintah Jepang,
rakyat tak satupun mendapat hasil dari jerih payah mereka. Ada sumber lain yang
mengatakan perlawanan ini berawal dari pengumuman kenaikan pungutan padi
“ panceng ” oleh Kuncho Usman kepada rakyat Cidempet, yang menyatakan
bahwa para petani harus menyerahkan semua persediaan padi mereka sebanyak
25 kg. Selama ini, rakyat hanya diwajibkan menyerahkan panceng sebanyak 5-10 kg
tergantung kemampuan rumah tangga. Banyak yang berkomentar, kenaikan panceng
diakibatkan oleh naiknya kebutuhan pangan untuk persediaan tentara Jepang
dalam perang Asia Pasifik. Rakyat menolak untuk kenaikan pungutan padi dan
mereka menculik Kuncho Usman kemudian membawanya ke pekuburan. Usman
berhasil melarikan diri hingga membuat rakyat marah, karena Kuncho Usman
melaporkannya kepada atasannya (Jepang). Perlawanan rakyat dapat dipadamkan
secara kejam dan para pemimpin perlawanan ditangkap dan dihukum oleh Jepang.
4.Dampak Pendudukan Jepang terhadap Indonesia
1)Bidang Sosial Kemiskinan dan kelaparan terjadi di
mana-mana. Tenaga kerja produktif yang ada di desa dipekerjakan pada beragam
proyek. desa pun mengalami krisis karena tidak terurus.
2)Bidang Ekonomi
Rakyat hidup dalam kesulitan. Sumber daya dan hasil-hasil pertanian dibawa
untuk kepentingan perang Jepang. Rakyat makan ubi dan bonggol pisang.
3)Bidang Budaya Bahasa Indonesia berkembang luas. Hal ini
sebagai dampak kebijakan Jepang yang melarang kebudayaan barat (Belanda). Karya
sastra bermunculan dengan nuansa perang an kemerdekaan.
4)Bidang Politik Pergerakan dan perjuangan kemerdekaan
justru mendekati puncak. para pemimpin dikibarkan dalam beragam organisasi.
Mereka pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mempersiapkan kemerdekaan.
5)Bidang Agama Jepang memperbolehkan berkembangnya
organisasi MIAI. Namun, rakyat bereaksi terhadap upacara penghormatan kaisar
dengan membungkuk ke arah matahari terbit (seikerei).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini didapatkan kesimpulan
bahwa :
1.Jepang yang mempunyai musuh sekutu terus berusaha untuk
memperkuat pasukannya. Upayanya mengumpulkan bantuan dari orang-orang
Indonesia, mulai dari membentuk organisasi yang kelihatannya saja mendukung dan
memberikan keuntungan kepada orang Indonesia, hingga melakukan hal-hal kejam
seperti pemerasan segala sumber daya alam yang ada di Indonesia, pemerasan
sumber tenaga manusia. Namun, ada beberapa cara yang dilakukan Jepang untuk
mendapat simpati dari orang Indonesia, seperti membentuk organisasi yakni
organisasi semimiliter, organisasi militer, dan organisasi lainnya yang
dibentuk setelah adanya organisasi semimiliter dan militer. Berbagai perlawanan
dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap kependudukan militer Jepang
sebagai akibat dari kekejamannya, mulai dari cara yang kooperatif melalui
pemanfaatan organisasi-organisasi bentukan Jepang, kemudian perlawanan
nonkooperatif seperti perlawanan-perlawanan di berbagai daerah dengan
menggunakan bambu runcing dan lain-lain.
2.Akibat dari kependudukan Jepang meninggalkan beberapa
dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia, mulai dari dampak di bidang
sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agama serta beberapa dampak lain yang
hingga kini berpengaruh terhadap bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Heiho http://id.wikipedia.org/wiki/PembelaTanahAir http://www.katailmu.com/2011/04/gerakan-tiga-organisasi-bentukan-jepang.html http://id.wikipedia.org/wiki/Putera http://blogbaru-demas.blogspot.com/2012/05/chuo-sangi-in.html http://id.wikipedia.org/wiki/JawaHokokai
Majelis Islam A'la Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar